Insiden Ricuh Gresik vs Deltras: Jangan Terulang di Jawa Timur!
Dunia sepak bola Indonesia kembali tercoreng oleh insiden ricuh yang terjadi dalam pertandingan antara Gresik United dan Deltras Sidoarjo. Peristiwa memalukan ini bukan hanya merusak sportivitas, tetapi juga mencoreng citra persepakbolaan nasional, khususnya di Jawa Timur yang dikenal memiliki basis suporter fanatik. Penting bagi semua pihak untuk belajar dari kejadian ini agar insiden ricuh serupa tidak terulang di masa mendatang.
Insiden ricuh ini pecah di Stadion Gelora Joko Samudro, Gresik, pada hari Minggu, 12 Mei 2024, saat pertandingan Liga 2 berlangsung. Ketegangan dimulai sejak awal pertandingan dan memuncak di akhir laga, diduga dipicu oleh keputusan wasit yang kontroversial dan provokasi dari beberapa oknum suporter. Para suporter dari kedua belah pihak saling lempar botol dan benda lainnya, bahkan beberapa di antaranya mencoba merangsek masuk ke lapangan. Aparat keamanan, yang dipimpin oleh Kabag Ops Polres Gresik, Kompol Handoko, segera bertindak cepat untuk meredakan situasi, namun upaya evakuasi pemain dan perangkat pertandingan berlangsung cukup sulit.
Dampak dari insiden ricuh ini tidak hanya kerugian material berupa kerusakan fasilitas stadion, tetapi juga kerugian imaterial yang jauh lebih besar, yaitu rusaknya citra sepak bola. Klub-klub terancam sanksi berat dari Komisi Disiplin PSSI, mulai dari denda hingga larangan bermain di kandang atau tanpa penonton. Kejadian ini juga menimbulkan kekhawatiran publik akan keamanan menonton pertandingan sepak bola. Data dari PSSI mencatat, sepanjang musim kompetisi 2023/2024, sudah terjadi lebih dari 10 insiden kericuhan suporter di berbagai daerah.
Untuk mencegah terulangnya insiden ricuh semacam ini, diperlukan evaluasi menyeluruh dari berbagai pihak. Federasi sepak bola, operator liga, klub, hingga kelompok suporter harus duduk bersama merumuskan solusi konkret. Peningkatan edukasi bagi suporter tentang sportivitas dan pentingnya menjaga ketertiban adalah mutlak. Pengamanan pertandingan juga perlu diperketat dengan jumlah personel yang memadai dan perencanaan kontingensi yang lebih baik. Selain itu, penegakan hukum terhadap oknum provokator harus dilakukan secara tegas dan tanpa pandang bulu.
Masyarakat Jawa Timur, khususnya para pecinta sepak bola, berharap agar peristiwa ini menjadi pelajaran berharga. Mari bersama-sama menciptakan atmosfer pertandingan yang aman, nyaman, dan menjunjung tinggi sportivitas, sehingga sepak bola kembali menjadi tontonan yang menghibur dan mempersatukan.